“ Alone “ kata yang mungkin jarang dipakai dalam suatu percakapan. Bagi sebgian orang, sendiri atau menyendiri adalah suatu hal yang sulit dilakukan. Tapi bagi orang introvert seperti saya ini adalah hal yang tidak lepas dari dalam diri. Kata ini bisa menimbulkan beberapa pandangan, bisa berupa perasaan atau keputusan.
Anyway, tahukah kamu kalau kata ini sangat mempengaruhi jalan
hidupku? Bisakah kamu bayangkan seperti apa rasanya? Atau mungkin kamu juga
mengalaminya? Jika tidak akan aku beritahu.
Semua berawal pada saat saya masih kecil, mungkin diumur
sekitar 8 tahun. Saya mempunyai saudara sepupu yang umur nya tidak beda jauh
dengan saya. Kami selalu bermain bersama saat kecil dan mempunyai hobi yang
sama sampai saat ini juga. Tetapi disisi lain mereka cenderung suka untuk
membuly saya , atau mungkin saja mereka masih kecil dan belum mengerti apa itu
bullying. Yahh mungkin karena kulit saya yang lebih gelap daripada mereka,
tubuh saya yang dibilang sangat kurus dan pakaian saya yang katanya jelek. Tapi
kondisi ini terus berlanjut sampai masa sekolah selesai. Dari sd sampai smp,
saya tidak pernah lepas dari cemoohan seperti itu. Saya tidak bisa ceritakan
secara detail kejadiannya karena sungguh sangat sulit menerima semua itu.
Pada saat itu saya pikir ternyata dulu selama masa sekolah
saya tidak benar-benar mempunyai seorang teman, teman yang bisa dipercaya. Ya
mungkin banyak dari mereka yang mengenal saya karena saya cukup unggul dalam
akademik, tapi itu tidak penting. Saya tidak pernah ikut kegiatan
ekstrakulikuler di sekolah dan kebanyakan teman disekolah adalah perempuan.
Sampai akhirnya pada saat saya masuk SMK, saya memberanikan diri untuk terbuka
dan mengembangkan diri. Saya ikut kegiatan ekskul dan mulai menemukan teman
pria bukan hanya wanita. Momen saat SMK sedikit berbeda daripada sebelumnya,
ini terasa sangat baik. Saya merasa diterima oleh mereka ( teman kelas dana ekskul
), saya merasa dipercaya oleh mereka dan ini sungguh sangat menggembirakan.
Mereka adalah orang yang sederhana, yang religious, yang bertanggung jawab dan
visioner. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka.
Namun keadaan ini tidak bertahan lama, sampai akhirnya saya
lulus dan setahun kemudian saya diterima di Itenas. Itenas bagi saya adalah
penjara. Bukan dalam system akademiknya, tetapi lingkungan sosialnya. Di
semester awal masih dalam tahap penyesuaian, namun ternyata setelahnya adalah
penjara. Saya merasa selalu jadi bahan candaan, baik itu saat saya berjalan
maupun saat saya duduk. Semua orang terlihat jijik melihat saya, mata sinis
yang gelap selalu ada saat saya berjalan dilorong gedung. Dan saat saya coba
terbuka, saya memutusakan untuk ikut andil dalam kegiatan himpunan disana,
namun tetap saja saya merasa tidak diterima. Selama rapatpun saya hanya bisa
mendengarkan, tidak berani untuk mengungkapkan pendapat, karena saya pikir
pendapat saya hanya berupa sampah permen yang dibuka dan dibuang dimana saja. Saya
tidak bisa salahkan mereka, mungkin saja mereka punya kesibukan sendiri.
Dari kejadian itu, setiap harinya saya merasa seperti orang
bodoh yang tidak bisa melakukan apapun. Karena saat saya peduli pada mereka,
tidak ada seorangpun yang mendengarkan. Ini membuat perubahan psikologi saya
turun drastis. Saya menjadi orang yang sangat insecure setiap saat, saya takut
menjadi orang yang jelek dimata orang lain, saya harus terlihat sempurna saat
diluar rumah. SAYA MENJADI ORANG LAIN.
Namun, kabar baiknya tidak semua dari mereka yang bersifat
buruk seperti itu. Saya bertemu dengan beberapa orang yang membuka hati dan
pikiran saya sangat dalam. Tidak banyak, mungkin 2 atau 3 orang dari sekian
ratus teman angkatan saya. Namun saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan
mereka yang menerima saya apa adanya. Dan saya harap kalian sukses dimasa
mendatang.
Disamping itu saya berharap kondisi budaya ini segera
berhenti, karena bukan hanya saya saja, banyak diluaran sana yang mungkin
menderita lebih daripada yang saya alami. Ini bukan sesuatu yang baik untuk
diturun-temurunkan. Orang yang mengalami kondisi ini bisa berakibat lebih
buruk, mungkin sampai ada yang gila dan mencoba untuk bunuh diri.
Inilah salah satu saya memutuskan setelah lulus nanti saya
akan bekerja dan memulai karir diluar kota. Memulai semuanya dari nol, berjuang
dengan keringat sendiri, dan mencari kebenaran.
Terima kasih.
x
Komentar
Posting Komentar